Wednesday, April 18, 2012

PERTANYAAN PERSIAPAN PENDADARAN TEKNIK KIMIA (2)

1. Alasan pemilihan tangki horisontal pada dekanter :
a. Karena pemilihan fase terpisah hampir sama, sehingga sama besar kalau dihorisontalkan respon LC nya lebih terlihat
b. Mengatasi tekanan hidrostatika.
c. Meminimasi turbulensi
 
2. Kavitasi : peronggaan yang diakibatkan oleh adanya gas /uap di dalam pompa.
Bila pompa sentrifugal beroperasi pada kapasitas yang besar maka tekanan zat cair pada ujung sudu akan menurun. Jika tekanan di bawah P uap zat cairnya (dalam Head) mengakibatkan zat cair tersebut menguap atau membentuk butir-butir air. Sewaktu memasuki sudu, tekanan akan naik sehingga butir tersebut pecah danmenimbulkan suara bising. Proses ini dapat merusak performansi dan pompa itu sendiri.
    Cara mengatasi:
a. menurunkan kapasitas
b. mengawasi kondisi cairan pada suction pumpnya.
    
3. Head pompa : beda tekanan yang dinyatakan dlm tinggi colom cairan

PERTANYAAN PERSIAPAN PENDADARAN TEKNIK KIMIA

1. Bunyi dengung keras pada pipa disebabkan :
a. fluktuasi tekanan
b. kavitasi
c. benturan air
d. keadaan yang tidak seimbang pd bagian yang berputar

2NPSH adalah tekanan yang dibutuhkan pada suction pompa yang lebih tinggi daripada tekanan uap cairan yang dipompa

3. Untuk menentukan sifat2 pipa dapat ditentukan dari Sch NO, sch ini berbeda-beda dan berguna untuk :
a. menahan internal pressure dari aliran
b. kekuatan dari bhn 
c. mengatasi karat 
d. mengatasi ketegasan pipa

Saturday, April 7, 2012

Catatan Program Fasttrack 3: Ide Thesis Takut Dijiplak?!

Tiba-tiba saya ingin menulis tentang topik ini karena beberapa kali hal ini mencuat di benak saya dan teman-teman. Topik ini mlai memanas saat briefing seminar online dan kami diminta memaparkan rancangan thesis kami. Secara spontan, beberapa teman yang kritis mengeluarkan pendapat "bagaimana jika kita menceritakan rancangan thesis kita dan nanti dijiplak oleh orang lain?". Saya sangat dapat memahami pernyataan tersebut. Tujuan dari seminar online adalah untuk saling berbagi ilmu, tapi jika menyangkut ide, apalagi ide yang dibawa adalah baru, fenomenal, atau kreatif yang berpotensi menjadi penemuan baru, tentu kita pasti akan sangat berhati-hati saat share ide tersebut. Apalagi peserta program fasttrack adalah mahasiswa dengan IP S1 yang tinggi (yang saya anggap merupakan calon penemu semua) dari seluruh Indonesia. Akhirnya, dari seminar online yang saya hadiri, semua teman-teman tidak membawa rancangan thesis melainkan hasil tugas akhir mereka.
Masalah tentang "kerahasiaan" ini kembali mencuat setelah beberapa saat lalu saya dan teman-teman menerima e-mail dari UGM yang intinya adalah agar mengirim abstract thesis sebanyak 4 lembar untuk dikirimkan ke Jerman. Tujuannya sangat mulia, yaitu agar pihak Jerman yang membaca ide berlian kami akan tertarik untuk merekrut kami sekolah di Jerman secara gratis (a.k.a dapat beassiwa S3 di Jerman). Sejak awal memang program fasttrack adalah bagian dari debtswap Indonesia dengan pihak Jerman. Tapi sekali lagi, jika ide yang diminta, tentu akan menimbulkan kontroversi, apalagi kali ini kita tidak tahu akan diberikan ke pihak Jerman mana saja ide kita ini. Hmmm... Akankah masalah ini mencuat lagi ke depannya selama program fasttrack? :p

Catatan Program Fasttrack 2: Administrasi... administrasi...

Menyambung cerita dari Catatan Program Fasttrack 1, di mana di sela-sela presentasi online kembali ditegaskannya kewajiban mahasiswa peserta program fasttrack untuk melakukan ISR (Intellectual Social Reaponsibility) dalam bentuk mengajar baik di SMA/SMK atau menjadi asisten dosen. Saya kagum dengan komitmen Pak Agus, Pak Nur, dan Pak Jaslin. Selama ini saya sebenarnya ingin melakukan ISR (tentunya jika sudah menerima hak kita=beasiswa S2, sangatlah tidak pantas klo tidak melakukan kewajiban kita, salah satunya melakukan ISR), tapi seperti yang teman-teman fasttrack lainnya, saya tidak tahu prosedur agar dapat mengajar di SMA.
Semuanya bermula dan berakhir di "administrasi". Awal permasalahan "administrasi": untuk mengajar di SMA tentu butuh ijin=surat ijin, tapi kita tidak tahu untuk mendapat surat ijin ini saya harus ke mana/menghubungi siapa (UGM? Seamolec? Dikti? Diknas?). Saya senang karena respons beliau bertiga sangatlah cepat terhadap hal ini. Hanya beberapa hari setelah seminar online pertama, mahasiswa fasttrack UGM mendapat e-mail tentang cara mengajukan surat ijin ISR. Prosedurnya pun sangat mudah, dalam beberapa menit saya dan teman-teman dapat memperoleh surat ijin ISR dari UGM beserta copy surat kewajiban melakukan ISR dari Kemendiknas dan daftar peserta program fastrack sebagai lampirannya.
Selasa, tanggal 3 April saya dan teman saya (Yano dan Galuh) mengajukan surat tersebut ke salah satu SMA negeri di Kota Yogyakarta. Dua hari kemudian, kami datang lagi ke SMA tersebut untuk menanyakan respons dari pihak sekolah. Ternyata respons dari pihak sekolah tidak terlalu positif. pada intinya sekolah mempertanyakan kelengkapan surat kami. Pihak sekolah berkata bahwa di antara surat tersebut tidak ada surat yang menyatakan bahwa Diknas (tingkat Kota atau Provinsi) memberikan "ijin" bahwa sekolah mereka akan "dimasuki" mahasiswa fasttrack dan dijadikan lokasi ISR. Menurut saya pribadi, adanya surat edaran dari Kemendiknas tentang kewajiban kami mengajar di SMA sudah mewakili hal tersebut, tapi rupanya pihak sekolah merasa itu tidak cukup. Pihak sekolah merasa tidak adanya surat secara spesifik dri Diknas kepada sekolah tersebut tidak cukup kuat untuk dijadikan dasar bahwa kami bisa mengajar di sana, karena pihak sekolah tidak ingin mendapatkan masalah jika ada keluhan dari orang tua siswa jika tiba-tiba ada tambahan pelajaran dari mahasiswa/mahasiswa mengajar di kelas formal tanpa disertai surat tadi. Pihak sekolah baru berani menerima kami mengajar di sana jika ada lampiran surat tugas dari pihak Diknas Provinsi/Kota. --- berakhir di masalah "administrasi" (lagi).
Hmmm... Saya dan teman-teman segera ingin menyelesaikan masalah itu hari itu juga. Setelah bolak-balik berbagai gedung UGM mencari pihak yang berwenang tapi akhirnya nasib tidak mengijinkan, akhirnya saya mengirim e-mail ke pihak UGM mengenai masalah ini. Melalui e-mail, UGM akan berusaha membantu menyelesaikan masalah ini. Semoga usaha ini akan segera membuahkan hasil. (apakah UGM bisa meminta Diknas mengeluarkan surat itu atau tidak), dan semoga tidak malah menggantung di sini saja nasib ISR kami.
Saat ini memasuki pertengahan bulan April, dan tahun ajaran berakhir di pertengahan bulan Juni. Tentunya jika kami ingin mengajar di SMA hanyalah mungkin sebelum ujian kenaikan kelas (sebelum bulan Juni). Opsi untuk mengajar sebagai asisten dosen juga tertutup karena di jurusan saya, mahasiswa hanya bisa menjadi grader/asisten lab, dan asisten dosen adalah dosen muda. Semoga yang terbaik yang terjadi... dan saya harap hal itu adalah keluarnya surat dari Diknas sesegera mungkin.

Thursday, April 5, 2012

Why Natural Gas Is Cheap and Gasoline Isn't

THE price of gas has risen rapidly this year
The price of gas has fallen to the lowest level in a decade. 

Both of those statements are true. The first refers to gasoline, the second to natural gas. 

As the accompanying charts indicate, never in the two decades that natural gas and oil futures have traded have their prices diverged as much as they have now. On an energy equivalent basis, oil costs more than eight times as much as natural gas.
This week, the price of a million B.T.U.’s of natural gas fell below $2.20 for the first time since 2002, while oil prices slipped a little but remained above $100 a barrel. The last time natural gas was this inexpensive, oil cost about $20 a barrel.
The diverging prices reflect the fact that while oil and natural gas can substitute for each other in some uses, the markets for the two products are very different.
Crude oil is a relatively efficient international market, in which the product moves around the globe in tankers that can be diverted from one destination to another almost instantaneously in response to shifts in demand. A sharp change in demand or supply in any region of the globe is likely to show up in prices everywhere.
Oil prices can also be affected by geopolitical concerns well before actual events take place. These days, it appears that oil prices have been pushed up by worries that Israel might attack Iran, leading to a drastic reduction in Iranian oil exports.
The natural gas market, on the other hand, is not a global one. There is a limited trade in liquefied natural gas, which can be transported in tankers, but mostly natural gas must move in pipelines over land. Natural gas prices have been rising in Britain this year even as they have been falling in the United States.
Supply has soared in the United States because of increased production from hydraulic fracturing, but demand cannot change rapidly. Power plants that can burn natural gas or oil were shifted to gas long ago. Add in a relatively mild winter in the United States, which reduced demand, and there appears to have been a glut.
There are efforts being made to use more natural gas. Some fleet vehicles, like buses, already use natural gas, but that market is limited to vehicles that can return to their headquarters for refilling. Chrysler has announced a pickup truck that will run on both gasoline and natural gas, but plans to offer it only to such fleets.
The state of Alaska is also seeking a pipeline that would take natural gas from the North Slope to an Alaskan port, where it could be liquefied and shipped to Asia. The state announced an agreement with Exxon Mobil, BP and ConocoPhillips relating to that project on Friday, but many details remain to be worked out.
Two of the charts show trends in prices of gasoline and natural gas since the end of 2007, when the United States entered recession. At first, reduced economic activity led to reductions in the prices of both products. But the trends began to diverge in 2009. Now, gasoline costs about 30 percent more than it did in 2007, while natural gas costs around 70 percent less.
For what it is worth, which may not be very much, futures traders think that the gap in prices will diminish but remain large. A year from now, oil prices are expected to be almost exactly where they are now, while natural gas prices are forecast to have risen more than 50 percent. If that happens, on an energy equivalent basis, crude oil will still be more than five times as expensive as natural gas.

Source:
Floyd Norris comments on finance and the economy at nytimes.com/economix.